Warga di Sukabumi Tak Nikmati Air Bersih Selama 21 Tahun

Warga yang mengantri mengambil air bersih
Sumber :
  • Dyah Ayu Pitaloka
VIVAnews
Presdir P&G: Konsumen Adalah Bos
- Warga satu kampung di Kota Sukabumi, Jawa Barat, tidak menikmati air bersih. Bukan hanya saat kekeringan karena kemarau seperti sekarang, melainkan sudah berlangsung selama lebih 21 tahun.

Sah! Putri Isnari Resmi Menikah dengan Abdul Azis

Sebanyak seratusan warga dari 35 kepala keluarga di kampung Saluyu itu, biasanya mengambil air bersih dari air resapan irigasi sawah dengan jarak yang tidak dekat. Itu tidak hanya terjadi pada musim kemarau, tetapi pada musim hujan juga. Saat kemarau, pasokan air berkurang banyak.
Heboh Ibu di Maros Aniaya Bayinya Sambil Direkam, Diduga Kesal karena Suami Pergi


Setiap sore, warga harus berjalan melewati medan terjal untuk mengambil air bersih di tugu perbatasan Kabupaten Sukabumi. Jaraknya lebih satu kilometer. Warga biasanya mengunakan jerigen untuk mengangkut air untuk persediaan di rumah.


Dengan keterbatasan modal dan tanpa bantuan pemerintah, warga membuat saluran resapan irigasi sawah hasil dari swadaya masyarakat yang ditampung mengunakan bak selebar berukuran 2x4 meter.


Udin, warga kampung itu, mengaku mengambil air paling sedikit empat jerigen yang masing-masing berkapasitas 80 liter setiap hari. Ia kadang menumpang mobil angkutan batu, karena air cukup berat untuk dibawa ke rumahnya dengan berjalan.


Warga yang sudah lanjut usia kadang menggunakan jasa ojek untuk membawa air bersih dengan ongkos Rp5.000 per jerigen. Seperti yang dilakukan Raji, 63 tahun. Ia sudah tak sanggup mengambil air bersih dari tempat penampungan air resapan irigasi tersebut.


“Sudah nggak kuat kalau sekarang untuk mengambil air di tempat itu, karena jauh. Terkadang menyuruh cucu. Kalau waktu masih muda, kuat sampai empat hingga enam jerigen berukuran lima liter. Kurang lebih sudah 15 tahun mengambil air bersih di sana,” kata Raji.


Menurut Ketua RT setempat, kesulitan air bersih yang sudah puluhan tahun itu, karena permukiman tersebut terletak di dataran tinggi. Warga harus mengebor tanah sedalam 100 meter untuk mendapatkan air bersih sejak tahun 1993.


Warga kini mengambil air bersih dari air resapan sawah yang dialirkan ke penampungan air dengan kualitas air seadanya. Padahal, warga biasa memakai air itu untuk kebutuhan mencuci, memasak, dan minum.


Warga berharap ada perhatian nyata dari pemerintah untuk segera memberikan fasilitas aliran air bersih, sehingga mereka tidak perlu jauh mengambil air. Bahkan, sejak krisis air, masjid yang biasa dijadikan tempat beribadah, kini terbengkalai lantaran tidak ada saluran air bersih.


(tvOne/Rizki Gustana/asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya