Cari Solusi Konflik Ukraina, Putin Telepon Obama

Presiden Vladimir Putin (kiri) dan Presiden Barack Obama.
Sumber :
  • Reuters
VIVAnews
Ombudsman Minta Pekerja Perusahaan Swasta Berani Melapor soal THR Tidak Dibayar Atau Dicicil
- Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Jumat, 28 Maret 2014, menghubungi Presiden Barack Obama untuk membicarakan solusi diplomatik terhadap krisis di Ukraina. 

Golkar dan Gerindra Sepakat Rekomendasikan Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI

Dalam pembicaraan di telepon yang berlangsung satu jam lamanya, Obama meminta Putin tidak meningkatkan pengerahan tentara di perbatasan antara Rusia dengan Ukraina.
Terpopuler: Orang Kaya ke Mall Bawa 20 Mobil Mewah, Gebrakan Baterai Baru BYD


BBC
edisi Sabtu, 29 Maret 2014, memberitakan Putin menyarankan cara untuk menilai situasi di Ukraina.


"Presiden Obama menggarisbawahi kepada Presiden Putin, Amerika Serikat mendukung sebuah jalur diplomatik dengan tujuan menurunkan eskalasi krisis," ujar Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.


Dari hasil pembicaraan melalui telepon itu, kedua pemimpin sepakat akan ada tindak lanjut melalui kedua Menteri Luar Negeri mereka. Baik John Kerry dan Sergei Lavrov segera bertemu membicarakan solusi krisis Ukraina.


AS mengajukan sebuah usulan kepada Rusia, setelah sebelumnya berkonsultasi kepada Ukraina dan pemimpin negara Eropa lainnya. Usulan itu termasuk pengerahan pemantau internasional melindungi hak penutur Bahasa Rusia di Crimea dan penarikan pasukan Rusia ke pangkalan mereka.


Putin mengatakan kepada Obama adanya serangan fisik dari kalangan ekstrimis di ibukota Kiev dan beberapa wilayah di Ukraina terhadap warga penutur Bahasa Rusia.


"Mereka telah melakukan tindakan intimidasi terhadap penduduk, otoritas pemerintah dan badan penegak hukum yang tidak bersalah. Orang-orang itu tidak dihukum," tulis Istana Kremlin.


Komunitas global pun, imbuh Kremlin, juga dapat membantu menstabilkan situasi ini.


Dalam kesempatan itu, Putin turut menyampaikan kekhawatirannya terhadap kaum separatis di wilayah Trans-Dniester, Moldova. Sebab, mereka telah memblokade wilayah tersebut.


Rusia dilaporkan telah menempatkan pasukan di perbatasan wilayah Trans-Dniester. Akibat langkah ini, NATO khawatir kepentingan Putin tidak hanya berhenti mencaplok Crimea. Mereka berpikir Rusia ingin mengambil wilayah Trans-Dniester.


Apalagi politisi pro Rusia di wilayah itu, telah mengirimkan permintaan secara resmi untuk bergabung dengan Republik Federasi Rusia.


Namun, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, telah diberikan kepastian oleh Putin, bahwa Rusia tidak akan melakukan pergerakan militer lebih jauh ke Ukraina.


Sebelumnya, AS dan negara-negara sekutunya telah menjatuhkan sanksi terhadap orang-orang terdekat Putin dan mengancam akan menyasar ke perekonomian Negeri Beruang Merah. Langkah itu diambil setelah Moskow secara resmi menjadikan Crimea sebagai wilayah baru kekuasaan mereka.  (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya