Saptuari Sugiharto Pemilik Kedai Digital Yogyakarta

Bisnis Merchandise karena Lihat Tawuran

VIVAnews – Kepepet membawa hikmah. Ternyata itulah yang memaksa seorang Saptuari Sugiharto, sarjana lulusan UGM yang telah menjadi pengusaha sukses di usianya yang masih muda. 

Momen Presiden Joko Widodo jadi Saksi Nikah Anak Wamenaker Afriansyah Noor

Kedai Digital yang dirintisnya sejak tahun 2005, saat ini telah memiliki 28 cabang di 17 kota, dengan 30 mitra di 30 kota dan menghidupi 200 karyawan.

Orang Jogja yang periang ini memang sudah aktif menjajal beberapa peluang usaha  sejak masih mahasiswa. Kisahnya ini diceritakan pada peserta Seminar Entrepreneur Youth yang diselenggarakan di Bakrie School of Management, 11-12 Maret 2009.

Fairuz A Rafiq Beberkan Kondisi Terkini Usai Dilarikan ke RS Bersama Buah Hati

Usaha awal yang dijajalnya adalah beternak ayam. Dari tiga kali panen, hanya sekali untung dan itupun hanya Rp.70 ribu. Tapi upaya pertama ini tak menyurutkan langkahnya menjadi anak yang mandiri, mengingat dirinya sudah menjadi anak yatim.

Selain menjajal berbagai peluang usaha, Saptu juga pernah mencoba berbagai macam pekerjaan, termasuk menjadi penjaga tas di Koperasi Mahasiswa UGM. Pernah juga menjadi marketing Radio Swaragama, dan Sampoerna A-Mild. Hingga akhirnya memutuskan menjadi pengusaha, tepatnya 28 Maret 2005 dengan mendirikan Kedai Digital.

Indonesia Bakal Jadi Basis Produksi Mobil Listrik Canggih

Bisnis merchandising ini didirikan terinspirasi gara-gara menyaksikan salah satu insiden dalam konser Dewa, dimana para penggemar Dewa ribut berebut merchandise sampai memicu tawuran.

Maka Kedai Digital pun menjual 60 jenis produk merchandise yang bisa dipesan khusus, antara lain mug, bingkai foto, pin, jam, mouse pad, poster, kalender, tas kain, bantal mini, t-shirt.  Desain bisa dipesan khusus sesuai keinginan pemesan.

Menggadaikan motor dan rumah ke bank untuk mendapatkan modal usaha, Saptu mengaku modal 28 juta itu bisa kembali dalam waktu 9 bulan. Usahanya makin berkembang dengan kegigihannya menerapkan konsep PISS.

“Positive thinking, ikhtiar dan ikhlas, sedekah, dan sukses dunia akhirat,” kata Saptu yang dijelaskannya dengan slide yang sangat kocak sehingga mengundang tawa peserta seminar.

Kunci sukses dalam usahanya, menurut Saptu, adalah menerapkan SOP, standard operational procedure, yang tepat dalam usahanya. Karena sistem yang sudah berjalan itu, akhirnya bisnis Kedai Digital juga dikembangkan dengan sistem franchise.

“Ada dua sistem yang kami tawarkan, yaitu kemitraan, dengan biaya Rp.20 juta, mitra boleh memakai merk sendiri, sedangkan untuk sistem murni franchise harganya Rp.50 juta, dengan menggunakan merk Kedai Digital. Tentu harga tersebut diluar biaya sewa tempat,” jelasnya.

Menjelang ulang tahun keempat, jerih payah Saptu mengembangkan usaha telah beroleh dua penghargaan tingkat nasional. Yaitu  penghargaan Wirausaha Muda Mandiri pada tahun 2007 dan Agustus 2008 lalu, yakni penghargaan Indonesia Small & Medium Business Entrepreuner Award (ISMBEA).

Kepada para mahasiswa, Saptu mendorong untuk berani terjun menjadi pengusaha dengan memutuskan urat malu, menciptakan situasi kepepet yang memaksa menjadi kreatif, jangan takut gagal, berani gila dan kreatif, serta mempraktekan konsep ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya