IPO Facebook, Untung atau Buntung?

Facebook
Sumber :
  • REUTERS/Shannon Stapleton

VIVAnews - Beberapa tahun terakhir, berbagai reaksi muncul terkait penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) saham perusahaan berbasis internet seperti LinkedIn, Groupon, Zynga, dan Yelp, serta Facebook. Namun, tak semuanya diawali dengan kesuksesan.

Harga saham perdana Facebook dianggap terlalu mahal oleh para analis, terutama karena penetapan valuasi awal Facebook telah dipengaruhi faktor asumsi atas proyeksi pertumbuhan pendapatan yang tinggi untuk lima tahun ke depan. Secara jangka panjang, Facebook tak diragukan berada dalam posisi yang kuat untuk memperluas jangkauan globalnya sebagai situs jejaring sosial terbesar di dunia, dengan pengguna yang hampir mencapai 1 miliar.

Menurut Phil Harpur, Senior Research Manager ICT–Australia, Frost & Sullivan, ketika telah matang dari segi jumlah pengguna, dan tengah dihadapkan persaingan yang semakin ketat dengan Google, Facebook masih tertinggal dalam model bisnis periklanan yang merupakan sumber pendapatan terbesar.

Facebook saat ini menghadapi kesulitan untuk berkompetisi dengan Google yang memiliki platform iklan yang semakin matang dan berkembang. Untuk memperoleh kepercayaan industri, Facebook harus menggunakan lebih banyak waktu dan sumber dayanya untuk mengembangkan model periklanannya secara lebih jauh.

Sandra Dewi Ogah Bahas Kekayaan Suami, Tahu Harvey Moeis Korupsi?

Hal ini terutama terkait kejadian baru-baru ini yang menimpa Facebook, saat General Motors menarik anggaran iklannya di Facebook sebesar US$10 juta.

Ia menambahkan, belum matangnya model iklan online Facebook itu memberikan potensi besar untuk tumbuh dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang guna bersaing dengan Google.

"Google, di lain pihak, meski masih menunjukkan pertumbuhan yang solid dalam pendapatan iklan, tidak lagi memiliki potensi pertumbuhan yang pesat seperti Facebook, karena platform iklannya yang telah matang,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, Senin, 4 Juni 2012.

Audrey William, Head of Research ICT-Australia dan New Zealand, Frost & Sullivan, menambahkan, Facebook juga harus mewaspadai timbulnya masalah pengaturan privasi. Banyak pengguna Facebook yang mengeluhkan pengaturan privasi beberapa tahun belakangan ini. Sebagai akibatnya, banyak pengguna yang kemudian meninggalkan Facebook.

“Sangat penting bagi Facebook untuk mengatasi masalah privasi, sehingga tidak harus berhadapan dengan pihak pemerintahan. Jika kebijakan privasi ini tidak diperhatikan, permasalahan privasi dapat mengarah pada pemblokiran total terhadap Facebook oleh pemerintah di sebuah negara,” papar Audrey.

Facebook juga mulai mengeksplorasi model-model bisnis baru dan peluang-peluang di area seperti belanja online, dengan cara yang sama dilakukan Google dalam mendiversifikasi model bisnis awalnya dari sekadar perusahaan mesin pencari. Pada tahun-tahun mendatang, Frost & Sullivan memprediksi Facebook akan mengambil lebih banyak langkah di area belanja online.

Sementara itu, menurut Konsultan Senior ICT Frost & Sullivan Indonesia, Iwan Rachmat, penurunan harga saham Facebook masih dalam batas wajar. Facebook dianggap perusahaan yang paling menjanjikan.

Setelah mengakuisisi Instagram, Facebook akan melewati siklus ekspektasi pasar yang tinggi. Ini diawali dengan penyesuaian pasar selama masa IPO dan pengelolaan pertumbuhan perusahaan ke depan.

Otto Hasibuan: Rakyat Dituduh Pilih Prabowo-Gibran karena Bansos, Ini Sangat Menyakitkan!

"Apa pun ekspektasi pasar, akan lebih bijak jika mengamati pergerakan harga saham Facebook dalam 6 bulan hingga 1 tahun ke depan,” ujar Iwan. (art)

Anggota Polisi bagikan Takjil

Polisi Bagi Takjil Gratis Tapi Tak Ada Pengendara Melintas, Netizen: Anda Berkumpul, Kami Putar Arah

Menurut keterangan yang didapat dari akun Instagram, bahwa tak ada satupun pengendara yang melintas ke arahnya untuk mengambil takjil yang sudah disiapkan anggota polisi.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024