Posisi Konsumen Otomotif Masih Lemah

Pengunjung dan Mobil-mobil di IIMS 2011
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAnews - Konsumen di Indonesia memiliki posisi tawar yang sangat lemah untuk menekan produsen, khususnya pada sektor otomotif. Hal ini disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI (bidang Perindustrian, Perdagangan, BUMN, Koperasi, UMKM), Hendrawan Sutikno, dalam diskusi publik tentang Perlindungan Konsumen Otomotif di Indonesia, di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu, 6 Mei 2012.

Menurut Hendrawan, posisi konsumen otomotif masih sangat lemah karena masih terjadi monopoli industri yang berkembang sehingga memungkinkan perilaku opoturnistik sampai ke konsumen.

"Bagi produsen di Indonesia, kebodohan Anda adalah keuntungan kami. Jadi semakin diam konsumen itu malah semakin bagus. Kalau komplain dilayani, kalau tidak ya lewat saja," kata  Hendrawan.

Ditambahkan Hendrawan, pengaturan industri dan pengawasan serta jaminan untuk konsumen dalam hal legalitas sebenarnya ada di DPR. Kendati demikian, dia meragukan industri yang sehat dapat tercipta, jika dari segi anggaran saja tidak tercukupi. Misalnya, anggaran untuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) hanya sebesar Rp100 miliar.

"Padahal, struktur pasar yang sehat untuk efisiensi nasional," jelasnya.

Karena itu, lanjut  Hendrawan permasalahan dalam persoalan tersebut, hanya bisa diselesaikan secara personal. Misalnya dengan cara melakukan sosialisasi kepada konsumen agar berani menekan produsen.

"Mari jangan pernah lelah lakukan sosialisasi dengan konsumen. Konsumen juga harus aktif agar dapat menekan para produsen," tegasnya

Pengaduan konsumen otomotif meningkat


Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo, mengatakan, tingkat complaint (aduan) masyarakat terhadap produk otomotif pada tahun 2011, mencapai 3,24 persen, meningkat dibanding tahun 2010, yang hanya sekitar 1,86 persen.

"Jumlah aduan ini meningkat disebabkan buruknya customer servise dan perlindungan Undang-undang terhadap konsumen," kata Sudaryatmo di Warung Daun Cikini Jakarta.

Sudaryatmo juga menjelaskan, selain rendahnya kualitas customer servise, faktor lain yang mempengaruhi tingginya aduan adalah buruknya kompetensi dari para pekerja bengkel.

"Berdampak pada kinerja yang tidak produktif. Saat mobil ada masalah, kita sulit untuk mendapat kepastian," tegasnya

Untuk itu, lanjut Sudaryatmo ada beberapa hal yang penting untuk diketahui konsumen sebelum membeli mobil, diantaranya infomasi penggunaan yang dapat dilihat dari diskripsi barang, menyangkut harga dan kualitas atau kandungan barang.
 
"Yaitu melalui pengujian barang yang mandiri," tegasnya

Dari sisi pengaduan, Sudaryatmo menilai di Indonesia masih lemah jika dibandingkan dengan Negara Amerika (AS) yang memiliki lembaga khusus yang menerima pengaduan. Lembaga itu melakukan penyeliki agar kasus yang sama tidak terulang.

"Mereka punya laboratorium yang tidak kalah cangih dengan industri. Ini harus jadi perhatian kita, bagaimana goverment bisa melindungi publik," ungkapnya. (adi)

Mengapa Umat Kristen Merayakan Paskah? Simak Sejarah beserta Maknanya
Ilustrasi berdoa.

10 Negara Paling Religius di Dunia, Peringkat Indonesia Tak Disangka!

Majalah CEOWORLD telah mengumumkan hasil survei mengenai tingkat religiusitas di berbagai negara di dunia. Dari sepuluh negara teratas yang tercatat ini negara religius

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024