Sawah Berkurang, Stok Beras Aman

Buruh angkut beras di Pasar Induk Cipinang,Jakarta.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

SURABAYA POST – Lahan pertanian di Sedati dan Sidoarjo umumnya memang menyusut akibat pembangunan perumahan. Tapi kondisi ini tidak berpengaruh pada stok pangan karena dipasok dari luar.

Kepala Badan Ketahanan Pangan, Wuwuh Setiani, mengatakan produktivitas sawah di Sidoarjo tetap tinggi jika dibandingkan daerah lain. Kalau kurang dipasok dari luar. "Jadi tidak akan terjadi kerawanan pangan," tuturnya, kemarin.

Data dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Pemkab Sidoarjo luas areal sawah pada 2009 hanya 22.527 hektar saja. Kawasan Sedati yang dulu hijau kini sudah berganti dengan genteng perumahan. Sisa lahannya hanya 590 hektar saja. Sedangkan lahan sawah yang masih luas ada di kawasan Tarik yaitu 2.123 hektar dan disusul Wonoayu sebesar 2.052 hektar sawah.  

Wuwuh Setiani mengatakan, jika diambil rata-rata per hektar  bisa menghasilkan 7 ton gabah maka seluruh sawah di Sidoarjo menghasilkan 157.689 ton setiap panen. Khusus untuk Sedati dengan sisa lahan 590 ha setidaknya menghasilkan 4.130 ton.

"Jika saat ini beras Sedati tak seperti dahulu bukan berarti program tersebut gagal. Sebaliknya, jumlah penduduk yang makin bertambah membuat konsumsi terhadap beras makin tinggi. Ini artinya, pemerintah harus mengupayakan mendapat stok beras dari daerah lain," katanya. 

Dari data, ketersediaan pangan pada 2008 tercatat ada 199.435 ton beras. Sedangkan pada 2009, jumlah ini berkurang menjadi 187.443,47 ton.

Menurut Kabid Pengadaan Pangan Firman Sayuto Adi, hal ini terjadi karena adanya pergeseran musim panen. "Biasanya petani Sidoarjo panen tiga kali dalam setahun namun pada periode tertentu kondisi alam membuat panen hanya dua kali," terangnya.

Pihaknya optimistis takkan ada kesulitan pangan dengan keuntungan lokasi serta produktivitas lahan yang cukup tinggi. Ini didukung dengan data yang menunjukkan realisasi tanam melebihi dari target yang ditetapkan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan yang menargetkan 29.300 hektar. Pada kenyataannya, realisasi tanam menjadi 34.175 hektar.  

Deny Irosna, Ketua Asosiasi Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Sidoarjo berpendapat sebaliknya. Diakuinya, memang tak masuk akal jika suatu ketika Sidoarjo kesulitan pangan. Namun tak seharusnya Pemkab Sidoarjo terlena dengan melimpahnya stok pangan.

Seharusnya, pemerintah berpikir jauh ke depan bahwa suatu ketika jalur tersebut bisa saja terhenti karena pengusaha daerah lain pada akhirnya bisa membangun jaringan tanpa harus melewati Sidoarjo. "Ini ancaman bagi pangan Sidoarjo," katanya.

Melihat potensi pertanian Sidoarjo yang cukup besar, asosiasi terus menginisasi agar pemkab mau membatasi pembangunan kawasan pergudangan maupun perumahan ke kawasan yang tak produktif.

"Kami minta ada pembatasan untuk daerah yang hasil pertaniannya tinggi, industrialisasi dan perumahan tolong dijaga. Jangan dibangun tol atau perumahan di sawah yang produktif," pungkasnya. 

Diakuinya, beras Sedati saat ini tak bisa bergerak kemana-mana karena makin minimnya lahan pertanian. Dibandingkan dengan beras Cianjur yang bisa mengekspor ke pasar Eropa dan Amerika, pergerakan beras ini bahkan hanya seputar Surabaya saja. Ini tak lepas dari makin menyempitnya lahan pertanian. 

Deny menyayangkan bahwa kini orientasi Pemkab sudah berubah menjadi kota perdagangan dan kota jasa. Dia pesimis bahwa nantinya Sidoarjo akan kembali dikenal sebagai daerah lumbung pangan.

Padahal dunia internasional saat ini tengah melakukan politik pangan, tak lagi dengan kekerasan militer. "Jadi sangat naif kalau pemerintah tidak berpikir bagaimana pangan nasional safety," ujarnya.  

Dirinya masih tetap berharap Pemkab Sidoarjo membuat sebuah konsep membangun lumbung beras. Dia meminta agar pembangunan Pasar Induk Agrobis (PIA) Jemundo dilanjutkan lagi. Pasalnya, jika memang pasar itu bisa terealisasi maka bisa berubah menjadi Pasar Induk Cipinang di Jakarta. (hs)

Mengapa Umat Kristen Merayakan Paskah? Simak Sejarah beserta Maknanya
Ilustrasi berdoa.

10 Negara Paling Religius di Dunia, Peringkat Indonesia Tak Disangka!

Majalah CEOWORLD telah mengumumkan hasil survei mengenai tingkat religiusitas di berbagai negara di dunia. Dari sepuluh negara teratas yang tercatat ini negara religius

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024